Monday, April 23, 2012

PENGARUH PELATIHAN GURU DAN PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI PACET KABUPATEN CIANJUR


ABSTRAK
Pengaruh Pelatihan Guru dan Penggunaan Multimedia Pembelajaran terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa di MAN Pacet Kabupaten Cianjur.
Dalam konstelasi dinamika pembangunan di Indonesia, salah satu isu yang menarik untuk dikaji  adalah mutu pendidikan yang rendah. Gejala tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia semakin dirasakan dan muncul sebagai topik pembicaraan di kalangan para teoritisi, praktisi, bahkan orang awam sekalipun, sehingga setidaknya memunculkan empat pandangan.  Pandangan kesatu melihat mutu pendidikan dari prestasi belajar siswa yang mengukur pengetahuan kognitif. Dalam pandangan ini mutu pendidikan ditentukan oleh struktur dasar keilmuan yang ketat. Pembakuan secara terpusat dilakukan mulai dari kurikulum, pokok bahasan, metode pengajaran, pengadaan sarana dan prasarana, sampai dengan evaluasi belajar, dengan maksud agar setiap materi kurikulum dapat diserap oleh siswa. Kalangan kedua melihat mutu pendidikan dari prosesnya. Pandangan ini menganggap kurikulum tidak perlu terstruktur ketat, yang penting adalah siswa dapat secara aktif belajar.  Pandangan ketiga melihat mutu  pendidikan dari masukannya seperti guru, alat-alat pelajaran, buku pelajaran, perpustakaan dan sarana prasarana pendidikan. Pandangan keempat melihat  mutu pendidikan dari efektivitas dan efisiensi pengelolaan satuan pendidikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pelatihan Guru dan Penggunaan Multimedia Pembelajaran terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa di MAN Pacet Kabupaten Cianjur.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kausal riset. Metode kausal riset adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan  berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu, yang dikumpulkan kemudian disusun secara sistematis dan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data bahwa Fhitung > Ftabel yaitu (69,230 > 3.18) maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian Adanya Pengaruh Positif  Signifikan Pelatihan Guru Dan Penggunaan Multimedia Pembelajaran Terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa Di MAN Pacet Cianjur (Ha:diterima), sedangkan  nilai korelasi yang didapatkan adalah sebesar 0.853, nilai tersebut menunjukkan bila besar derajat kekuatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Pengaruh Pelatihan Guru dan Pengunaan Multimedia Pembelajaran) terhadap variabel terikat (Peningkatan Minat Belajar Siswa) adalah pada hubungan yang sangat kuat karena ada pada kisaran 0.800 - 1.000 berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi pada bab III. Sedangkan pengaruh Pelatihan Guru dan Penggunaan Multimedia Pembelajaran,  terhadap variabel terikat Peningkatan Minat Belajar Siswa sebesar 72,7% dan sisanya sebesar 27,3% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Kata kunci: Pelatihan Guru, Penggunaan Multimedia, Peningkatan Minat Belajar .

PENGARUH MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP EFEKTIVITAS BELAJAR DI SDN SE GUGUS ............ KECAMATAN .......... KABUPATEN ........


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Konsep  pendidikan yang ditetapkan UNESCO bahwa pembelajaran itu mengarahkan anak didik untuk : (1). Learning to know (belajar berpikir).              (2). Learning to do (belajar untuk berbuat). (3). Learning to be (belajar menjadi diri sendiri). (4). Learning to live together (belajar hidup bersama)[1]. Konsep tersebut sangat penting untuk diterapkan agar siswa mempunyai kompetensi sesuai dengan tujuan pendidikan. Kompetensi dimaksud adalah kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten,  kompeten hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran,  dan  kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu, harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur. 
Kompetensi tersebut bagi siswa sekolah dasar (SD) amatlah penting sebab pada sekolah dasar merupakan pondasi untuk meletakkan konsep-konsep dasar yang apabila konsep dasar tersebut benar dan kuat, maka akan mempermudah bagi siswa untuk melanjutkan ke sekolah jenjang berikutnya. Sebaliknya apabila pada sekolah dasar tidak menanamkan konsep dasar dengan benar dan kuat, maka sulit untuk diluruskan karena sudah tertaman dengan kuat konsep yang salah tersebut, sehingga menjadi tugas berat bagi guru di sekolah lanjutan untuk meluruskan. Penanaman konsep akan berjalan dengan baik dan benar serta akan tertanam dengan kuat pada siswa jika dalam proses pembelajaran disamping didukung dengan guru yang berkualiatas, juga ditunjang dengan berbagai sarana dan prasarana pendidikan. Oleh sebab itu terwujudnya kompetensi siswa tergantung tersedianya guru yang berkualitas, sarana dan prasarana yang keberadaannya tidak lepas dari besarnya anggaran pendidikan yang tersedia.  
Kompetensi siswa sekolah dasar dirasakan masih sangat memprihatinkan, terbukti dengan standar kelulusan hanya 6,5[2]. Disamping nilai akademis rata-rata secara nasional masih rendah, juga siswa tidak mempunyai kecakapan hidup dan perilaku budi pekerti yang baik. Padahal kecakapan hidup amat penting agar siswa mampu dan berani untuk menghadapi problema kehidupan, aktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan yang selama ini berjalan verbalistik dan berorientasi semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran menyebabkan rendahnya kompetensi siswa.
Secara umum persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia khususnya dalam pendidikan dasar adalah menyangkut soal mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen pendidikan.  Seperti yang dikatakan oleh Drost (2005:ix) bahwa permasalahan terkait dengan mutu pendidikan adalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan prasarana pendidikan. Termasuk persoalan pemerataan pendidikan adalah masih banyaknya anak umur sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Sedangkan persoalan manajemen pendidikan menyangkut segala macam pengaturan pendidikan seperti otonomi pendidikan, birokrasi, dan transparasi agar kualitas dan pemerataan pendidikan dapat terselesaikan dengan baik. 
Terkait pengadaan sarana prasarana gedung sekolah atau ruang kelas baru, permasalahan mendasar menyangkut sistem manajemen yang digunakan. Manajemen yang selama ini digunakan oleh pemerintah Kabupaten dalam merehab gedung SD melalui tender atau lelang kepada kontraktor dirasa sangat merugikan sekolah dan masyarakat. Sebab pada kenyataannya output fisik yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan.  Sekolah dan juga komite tidak dilibatkan dalam pembangunan, ironisnya sekolah dipaksa untuk menerima apa yang dikerjakan rekanan dengan tidak boleh protes sekalipun kenyataan terlihat banyak kekurangan dan tidak sesuai bestek. Menghadapi kenyataan tersebut pihak sekolah tidak berdaya karena berada dalam sebuah sistem. Pemerintah daerah  seolah tidak memihak kepada kepentingan siswa. Jika saja pembangunan gedung tersebut diserahkan kepada sekolah dan komite, niscaya hasilnya akan lebih baik karena  sekolah dan komite mampu menggali partisipasi masyarakat. Karena masyarakat yang membangun, maka mempunyai rasa memiliki untuk memelihara dan menjaga. 
Sekalipun disadari pentingnya sarana pengajaran berupa alat peraga, media pembelajaran, bahan praktikum, dan lainnya menentukan keberhasilan dalam menanamkan konsep kepada siswa, namun belum semua sekolah mampu menyediakan berbagai alat peraga yang dibutuhkan siswa. Dibeberapa sekolah yang sudah mampu menyediakan berbagai alat peraga, namun belum mampu merawat sehinga kondisinya sebagian rusak karena kurangnya ketrampilan untuk memperbaiki dan biaya untuk perbaikan. Oleh sebab itu bisa dimaklumi bagi sekolah yang mendapatkan bantuan  alat peraga berupa KIT IPA misalnya, justru menyimpan alat tersebut diruang kepala sekolah, tidak digunakan dikelas dengan alasan takut rusak karena harganya mahal. Kurangnya biaya dan ketrampilan untuk perawatan dan perbaikan alat-alat peraga  merupakan kesenjangan dibidang sarana pengajaran hal ini juga terjadi di SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
Banyak guru yang berkualitas, mereka mampu menunjukan bahwa mereka
professional dengan terbukti mampu menghantarkan siswa mencapai banyak prestasi akademik dan mempunyai kompetensi tinggi serta mampu bersaing, tetapi sebagian dari guru  masih harus dimotivasi lebih keras agar tidak frustasi dan patah semangat terhadap sistem manajemen pendidikan  yang sedang berjalan        (sistem penggajian, sistem pengembangan karier, sistem seleksi Kepala Sekolah/  Pengawas, sistem manajemen sekolah,dan lainnya). Oleh sebab itu rendahnya kesadaran guru untuk mengembangkan professionalisme dan terbatasnya anggaran untuk meningkatkan kualitas sumber daya guru merupakan kesenjangan rendahnya kompetensi guru.
Menjelang abad ke-21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta percaturan ekonomi global semakin menguasai perkembangan dan perubahan dunia. Dalam situasi demikian, kualitas manusia merupakan faktor dominan bagi pembangunan. Kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas untuk percepatan laju pembangunan semakin memperkuat aspirasi masyarakat dalam pendidikan. Hal ini senada dengan penjelasan Ali Maksum, (2004) bahwa pendidikan merupakan sarana setrategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Oleh karenanya kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikannya seperti kemajuan beberapa negara di dunia tidak terlepas dari kemajuan yang dimulai dari pendidikannya, namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan. Pendidikan masih belum berhasil menciptakan sumber daya manusia yang andal disebabkan oleh krisis multidimensi yang berkepanjangan, diyakini banyak kalangan, akibat gagalnya sistem pendidikan di Indonesia, dan merosotnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) bahwa tahun 2005 IPM Indonesia merosot dari 0,684 menjadi 0,682 sehingga peringkat Indonesia diantara 175 negara juga merosot menjadi 110[3].
Di tengah meningkatnya tuntutan tersebut kita dihadapkan pada kenyataan masih rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) mensinyalir  bahwa di samping tingkat pendidikan penduduk yang masih rendah, angka putus sekolah masih tinggi dan rendahnya angka partisipasi pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, maka dunia pendidikan kita dihadapkan pula pada masalah belum baiknya kualitas dan produktivitas pendidikan. Menyadari strategisnya posisi pendidikan bagi pembangunan dan permasalahan yang dihadapi maka upaya utama adalah upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk itu dalam pengembangan kurikulum SD memiliki empat sifat utama yaitu: (1) relevansi, artinya sesuai dengan tuntutan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta tuntutan dan kebutuhan mmasyarakat, (2) fleksibilitas; artinya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, (3) kontinuitas, artinya dapat dikembangkan secara berkelanjutan, (4) efisiensi, artinya dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. (5). Efektivitas; artinya mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas[4].
Peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar tersebut harus mengacu pada standar mutu berdasarkan kompetensi lulusan yang tidak terlepas dari mutu kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dilaksanakan oleh para guru. Standar mutu tersebut akan dapat dicapai melalui proses perencanaan, pengendalian, audit mutu, serta peningkatan mutu yang berkesinambungan. Dengan adannya manajemen mutu terpadu di SDN Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur akan mengurangi/memecahkan masalah-masalah yang timbul dan sekaligus meningkatkan performansi dan mutu kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan yang di jamin akan dapat memenuhi tuntutan sumber daya manusia yang sesuai dengan dunia usaha dan dunia industri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kegiatan belajar mengajar di SDN se gugus 1 Ciherang  Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur diasumsikan banyak dipengaruhi oleh kompetensi manajerial kepala sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, partisivasi aktif guru, siswa dan warga masyarakat seputar lingkungan sekolah yang dilaksanakan di SDN se gugus 1 Ciherang  Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur tersebut.
Kepala sekolah SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, sebagai administrator dan manajer pendidikan, dipandang memiliki kemampuan profesional dan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan dalam mencapai keberhasilan mutu kegiatan belajar mengajar di SDN se gugus 1 Ciherang  Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Para kepala sekolah tersebut bertanggung jawab untuk mengarahkan semua sumber daya pendidikan tersebut di  lain pihak juga guru agar mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Di sinilah ketrampilan konseptual, ketrampilan hubungan manusia, dan kemampuan teknikal dari kepala sekolah menjadi sangat penting untuk menciptakan suasana sekolah yang mampu mendorong bawahan untuk bekerja lebih baik.
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sangat penting dalam peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar. Seorang peneliti, Jacobs dan Jacques dalam Gary Yukl, (1987) dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukan sifat-sifat tertentu yang tampak sebagai berikut : (a) Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan  pekerjaan orang lain, (b) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup tanggung jawab dan keinginan sukses,                      (c) Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir,               (d) Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat, (e) Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah,      (f) Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru dan inovasi. 
Hal ini sesuai dengan simpulan Miner, dalam, Gary Yukl,  (2000) bahwa sifat/karakteristik pemimpin dalam mengefektifkan organisasi melalui anggota-anggotanya adalah sebagai berikut: (1) Sikap yang positif terhadap orang-orang yang berwewenang, (2) suatu keinginan untuk bersaing dengan orang lain untuk memperoleh status sumber daya, dan dukungan (3) suatu keinginan untuk memimpin menjadi seorang yang tegas, (4) keinginan untuk menjalankan tugasnya terhadap orang lain, (5) keinginan untuk mendapatkan posisi yang baik dalam mutu pendidikan, (6) kesediaan untuk melaksankan kegiatan-kegiatan administrasi rutin seperti perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan, para pemimpin yang efektif mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuan pada umumnya (secara relatif) lebih  matang emosinya daripada pengikut/anggota organisasi, sehingga selalu mampu mengendalikan situasi kritikal (sulit dan bermasalah).  Di samping itu memiliki kemampuan  melakukan sosialisasi dengan orang lain khususnya anggota organisasi, serta memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang cukup tinggi, memiliki motifasi dan keinginan berprestasi, yaitu para pemimpin yang efektif memiliki dorongan besar dari dalam dirinya untuk menyelesaikan sesuatu secara sukses, memiliki kemampuan hubungan manusiawi, yaitu mengetahui bahwa usahanya untuk mencapai sesuatu sangat tergantung pada orang lain, khususnya anggota organisasinya.
Siagian (2002) mengatakan bahwa  efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang dengan mutu tertentu tepat pada waktunya. Berarti efektifitas sebagai orientasi kerja menyoroti empat hal, Yaitu : (a) sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah ditentukan dan dibatasi, (b) jumlah dan mutu barang atau jasa yang harus dihasilkan telah ditentukan, (c) batas waktu untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut sudah ditetapkan, (d) tata cara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah dirumuskan.      
Dengan demikian maka dalam efektifitas sekolah  memvalidasi paradigma
pengembangan model dengan memberikan kekuasaan sekolah untuk menerapkan keputusan, kebijakan, dan arah pengorganisasian yang bertumpu pada kekuasaan
anggaran, sarana, dan personel pengelolaannya. Dalam manajemen sekolah ada lima efektifitas yang perlu dikembangkan, yaitu : (1) prinsip kepemimpinan yang mantap; (2) harapan yang tinggi dari penampilan siswa; (3) mengutamakan dasar kecakapan; (4) penugasan dan pengawasan yang tepat; dan (5) tingkat evaluasi penampilan siswa.
Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sekolah dalam peningkatan efektifitas adalah : (1) Guru yang berkualitas dan berwenang yang mampu melibatkan murid dalam proses pembelajaran yang efektif dan mampu memanfaatkan fasilitas dan situasi secara maksimal, (2) Manajemen sekolah dengan pimpinan kepala sekolah yang mampu mendayagunakan potensi, baik SDM (Sumber Daya Manusia) maupun SDA (Sumber Daya Alam), (3) Manajemen pendidikan yang dijamin oleh perundang-undangan yang kondusif untuk meningkatkan peran serta masyarakat, (4) Kohesi sosial yang mampu mengakomodasi tumbuh kembangnya aneka ragam budaya dan adat kebiasaan      (Komnas, 2001: 8).
Schheerens (2003) memberikan analisa tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektivitas yaitu : (1) Prestasi, orientasi, harapan tinggi, (2) Kepemimpinan Pendidikan, (3) Konsensus dan kohesi antar staf, (4) Kualitas kurikulum/kesempatan belajar, (5) Iklim sekolah, (6) Potensi evaluatif, (7) Keterlibatan orang tua, (8) Iklim kelas, (9) waktu belajar efektif.
Hasil analisis Depdiknas (2001) sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan di sekolah tidak mengalami peningkatan secara merata, yakni : (1) kebijakan dari penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function atau input-output analysis yang dilaksanakan secara tidak konsekuen, (2) penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik dan ,(3) peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. 
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan. Misalnya tidak diperlukannya lagi   intervensi pemerintah pusat ke daerah atau ke sekolah. Hal ini dimaksudkan supaya otonomi sekolah untuk menentukan sendiri apa yang perlu dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi semakin meningkat. Sedangkan partisipasi masyarakat ditampakkan pada tingginya keterlibatan mereka sehingga setiap unsur dapat berperan dalam meningkatkan kualitas, efisiensi, dan pemerataan kesempatan, pendidikan dengan memodifikasi struktur pengambilan keputusan dari pemerintah pusat ke daerah dan seterusnya ke sekolah.  
Sehubungan dengan pengertian itu, dinyatakan pula bahwa peningkatan efektivitas sekolah dipengaruhi oleh iklim organisasi sekolah. Oleh sebab itu, perlu diusahakan berbagai langkah dan kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja sekolah . Untuk menemukan upaya-upaya tersebut kiranya perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan mutu pendidikan efektifitas sekolah. Khususnya di SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut melalui judul penelitian “Pengaruh Manajerial Kepala Sekolah dan Partisipasi Guru Terhadap Efektivitas Belajar di SDN se Gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur

1.2              Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Mutu pendidikan di SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur masih cukup rendah.
2.      Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur masih perlu ditingkatkan.
3.      Belum semua SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur memiliki sarana prasarana belajar yang memadai.
4.      Pengelolaan dan pemanfaatan sarana prasarana sekolah di SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur masih kurang difungsikan.
5.      Pertisipasi aktif guru dalam pemanfaatan sarana prasarana sekolah SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur masih kurang optimal.
6.      Efektivitas belajar SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur masih perlu ditingkatkan.

1.3              Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak terlalu luas, serta mengingat keterbatasan kemampuan peneliti baik dari segi pengetahuan, waktu, tenaga dan biaya maka pada penelitian ini permasalahan dititik beratkan hanya pada pengkajian pengaruh Manajerial Kepala  Sekolah dan Partisifasi Guru terhadap Efektivitas Belajar di SDN se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur ?

1.4        Rumusan Masalah
Secara lebih rinci lingkup permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.         Bagaimana  pengaruh Manajerial Kepala Sekolah terhadap efektivitas belajar di Sekolah Dasar Negeri se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur ?
2.         Bagaimana  pengaruh  Partisifasi Guru terhadap efektivitas belajar di Sekolah Dasar Negeri se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur ?
3.         Bagaimana  pengaruh Manajerial Kepala  Sekolah dan Partisifasi Guru terhadap efektivitas belajar di Sekolah Dasar Negeri se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur ?
1.5       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkorelasikan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1.             Manajerial Kepala  Sekolah terhadap efektivitas belajar di Sekolah Dasar Negeri se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
2.             Partisifasi Guru terhadap efektivitas belajar di Sekolah Dasar Negeri se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
3.             Manajerial Kepala  Sekolah dan Partisifasi Guru terhadap efektivitas belajar di Sekolah Dasar Negeri se gugus 1 Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

1.6              Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dan memiliki perhatian yang luas terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia umumnya dan Sekolah Dasar khususnya, diantaranya :
1.      Sebagai bahan masukan bagi para Kepala Sekolah, Pengawas, dan guru, SDN se gugus 1 Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
  1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi tambahn informasi dalam upaya  meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Cianjur.

1.7              Sistematika Penelitian
Tesis ini disusun dalam 6 (enam) Bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I
:
PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
:
TINJUAN PUSTAKAN
Berisi tentang penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka pemikiran dan hipotesis.
BAB III
:
METODOLOGI PENELITIAN
Peneliti mengungkapkan landasan filosifis atau landasan logis dengan berisi indentifikasi variable, definisi operasional variable, populasi dan sample, sumber dan jenis data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, teknik asumsi, dan pengujian hipotesis
BAB IV
:
GAMBARAN UMUM DAN OBJEK  PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang gambaran objek dan atau tampat penelitian dilakukan (research site).
BAB V
:
HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian, analisis hasil penelitian, uji hipotesis, dan pembahasan.
BAB VI
:
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran


DAFTAR PUSTAKA


LAMPIRAN-LAMPIRAN



[1] Budiono Kusumohamidjojo, (2009). Perpustakaan Fakultas Filsafat Unpar
  http://filsafat.kompasiana.com/2009/10/26/konfusius-dan-pendidikan/
[2] POS UASBN 2010 Depdiknas, Jakarta 2010
[3] Hanafiah. N, dkk, (2010), Manajemen Pendidikan, Penerbit Cakra, Bandung (h: 147)
[4] Asep Herry Hernawan dkk, dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum. di acces 5 Maret 2011. 9.32 PM

PTK MIMIA JIGSAW


ABSTRAK

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif JIGSAW, Kompetensi Sifat-sifat Unsur

Tujuan pindidikan kimia MA/SMA memberikan pengetahuan untuk memahami penerapan konsep kimia dan saling keterkaitannya, serta mampu menerapkan konsep-konsep kimia dan metoda ilmiah yang melibatkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah dalam kehidupan.
Pembelajaran kimia selama ini  di MAN Pacet Kabupaten Cianjur kurang diminati siswa karena beberapa hal : 1). Banyaknya konsep dasar yang bersifat teoritis yang harus dihafal dan sangat membosankan bagi siswa. 2). Kurangnya Aktifitas siswa kecuali hanya mendengarkan guru berbicara menyampaikan  materi pelajaran. 3). Hasil belajar siswa pada pelajaran kimia rendah. 4).Interaksi sesama siswa dalam belajar sangat rendah. 5).Kerja sama (kooperatif) antar  siswa sangat rendah. 6).Peran guru lebih dominant.
Kurikulum mata pelajaran kimia di  MA/SMA untuk semester ganjil di kelas XII memuat kompetensi unsur-unsur penting, sifat-sifat, kegunaan dan bahayanya serta terdapatnya di alam. Karena luasnya cakupan materi yang harus dikuasai siswa dan bersifat teoritis membuat pelajaran pada kompetensi ini sangat membosankan. Penulis mencoba memperbaiki pembelajran kimia menjadi indah, menarik, inovatif, koperatif dan bermakna bagi siswa maka penulis memilih menerapkan model pembelajaran Koopertive  JIGSAW pada kompetensi sifat-sifat unsur dalam system priodik kelas XII semester ganjil pada MAN Pacet Cianjur dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam belajar kimia.
Penelitian ini dilaksanakan di MAN Pacet Kabupaten Cianjur kelas XII IPA 1 dengan jumlah siswa 39 orang. Letak geografisnya strategis yaitu terletak di jalan raya Bandung Jakarta tepatnya di  Jalan Sindanglaya No. 29 Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa siklus yang dimulai dari aspek perencanaan, melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, melakukan pengamatan bersama dengan pelaksanaan tindakan dan melakukan refleksi untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukan pengamatan (observasi).
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam II siklus. Tiap siklus menggunakam metode Kooperatve JIGSAW pada pelajaran kimia di kelas XII IPA 1 MAN Pacet Cianjur.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
a.       Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperative JIGSAW dalam mata pelajaran Kimia dapat meningkatkan aktivitas siswa.
b.      Pelaksanaan Pembelajaran Kimia dengan metode Pembelajaran Kooperative JIGSAW dapat meningkatkan kompetensi atau hasil belajar siswa .